Ujian Skripsi Berbasis “Koreksi” di FISKOM (ditulis tanggal 23 september 2010

Pada suatu siang saya menonton ujian skripsi yang diselenggarakan di FISKOM, fakultas saya. Pada awalnya saya merasa malas untuk menonton ujian tersebut, namun tiba-tiba niat tersebut berubah. Saya pun akhirnya memutuskan kembali ke fakultas ketika saya pada awalnya berniat pergi menikmati secangkir kopi di cafe. Ketika saya masuk ke ruang ujian, tampak bahwa peserta ujian (yang pada saat itu teman saya sendiri) sedang mempresentasikan skripsinya. Di ruangan itu tampak ada beberapa dosen yang duduk di bangku barisan paling depan, dan juga teman-teman angkatan 2006 yang duduk di kursi barisan belakang. Saya pun akhirnya memutuskan untuk ikut duduk di belakang.

Setelah sekitar 15 menit saya mengikuti ujian tersebut, akhirnya presentasi selesai dan mulai memasuki “sesi tanya jawab” antara peserta dan penguji. Berdasarkan pengamatan saya, memang ada beberapa hal yang memang kurang dari skripsi tersebut, baik dari segi substansi, maupun dari segi penulisan, sehingga secara otomatis memunculkan berbagai pertanyaan. Tapi apa daya, penonton tidak mempunyai hak untuk bertanya, jadi akhirnya saya cuma diam saja.

Ketika memasuki “sesi tanya jawab”, seorang dosen dipersilahkan untuk berkomentar terkait skripsi yang diujikan. Dosen itu berbicara banyak, mulai dari redaksional sampai sistematika penulisan skripsi dan ilmiah. Peserta ujian pun seringkali hanya mengangguk-angguk dan hanya menjawab atau berkomentar seperlunya dari pernyataan atau pertanyaan dosen penguji. Dalam sesi ini kurang tampak adanya bantahan,atau sanggahan dari peserta ujian.

Merasa ujian skripsi tersebut kurang menarik, saya keluar dari ruang ujian walaupun ujian belum selesai. Untuk saya, ujian tersebut kurang menarik karena hanya menjadi ajang koreksi oleh para penguji. Dari pihak pesertapun hanya “manut” saja dengan berbagai koreksi yang dilakukan oleh para penguji, sehingga dialektika substansi keilmuan dari skripsi tesebut kurang tampak.

Setelah mengikuti dan mengamati sekian banyak ujian skripsi di FISKOM, saya sampai kepada beberapa hal yang saya rasa perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi di FISKOM terutama pada saat ujian skripsi :

Adanya relasi kuasa yang timpang. Dari fenomena yang saya amati, peserta ujian skripsi kebanyakan hanya mengikuti dan berterima dengan sanggahan, kritikan dan saran dari penguji tanpa adanya dialektika yang mengarah kepada pengujian dalil-dalil, maupun hubungan antar dalil.
Seringkali kritikan dan komentar lebih berfokus pada kulit luar skripsi seperti redaksional dan tata cara penulisan, sedangkan pada tataran substansi dan masalah yang diteliti dalam skripsi tersebut kurang dibahas. Hal ini tentunya tampak aneh ketika presentasi yang dilakukan pada ujian skripsi, seringkali menimbulkan masalah, terutama dari dalil-dalil yang dibangun.
Presentasi yang dilakukan tampak tidak jauh berbeda dengan presentasi yang dilakukan dalam ruang kelas kuliah, padahal dalam konteks masalah ini, yang diujikan adalah skripsi yang merupakan hasil penelitian

Tiga hal di atas adalah apa yang selalu saya dapati dan pikirkan ketika menonton ujian skripsi di FISKOM, entah diluar itu ada berapa hal lagi yang perlu diperhatikan. Berangkat dari tiga hal di atas, ada beberapa pertanyaan yang juga terlintas dalam benak saya :

Mengapa fenomena “relasi kuasa” yang timpang seperti cerita di atas terjadi?
Dengan melihat skripsi dan ujian skripsi yang demikian, apakah FISKOM sudah mencapai profil lulusan yang diinginkan FISKOM sendiri?
Pengajaran dan pengembangan ilmu seperti apakah dilaksanakan oleh FISKOM?

Munculnya pertanyaan tersebut dan melihat fenomena membuat saya akan merasa sangat wajar ketika akreditas yang akan diterima fakultas dan progdi-progdinya adalah “B” atau bahkan “c”. Mengapa? Kita sendiri bisa menilai, apakah sebenarnya fenomena ujian skripsi yang saya gambarkan di atas sebenarnya dapat menunjang (salah satu bentuk) pengembangan akademik. Tentunya saya rasa tidak, melihat relasi kuasa yang terjadi.

Lalu apa sebenarnya yang salah di dalam “tubuh FISKOM”? apakah ada kesahalan pada tenaga pengajar? Atau kesalahan pada mahasiswa? ataukah kesalahan pada sistem.kiranya mungkin bisa terjawab ketika kita menjawab pertanyaan “bagaimana pelaksanaan akademik di FISKOM?”, yang menjadi pertanyaan besar saya, selain tiga pertanyaan sebelumnya.

Tinggalkan komentar

Tinggalkan komentar